Selasa, 10 Maret 2009

Apakah Anda Bahagia?

Tentu hal ini sudah berulang kali anda tanyakan pada diri anda, sebab semenjak kecil hingga dewasa, seluruh tindakan baik disadari maupun tidak mengarah pada satu harapan yaitu untuk memperoleh kebahagiaan.


Bahagia merupakan penjumlahan perasaan-perasaan positif seperti rasa nyaman, aman, puas, dan bersyukur dengan kondisi riil, baik dalam dalam kondisi susah ataupun senang.

Ada beberapa nama yang dianggap cukup mewakili makna sempit kebahagiaan, 2 (dua) yang paling utama adalah: Kesuksesan/keberhasilan dan kekayaan. Meskipun demikian dalam makna yang lebih luas, bahkan di dalam kegagalan dan kemiskinan pun sebenarnya terdapat unsur bahagia tapi bagi kebanyakan orang lebih mudah untuk memahaminya dari artian yang lebih sempit karena hakikat manusia untuk mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan (prinsip hedonistik).

Sering orang berkata bahwa resep umum kebahagiaan adalah kesuksesan, tapi sebenarnya ada beberapa langkah yang perlu dilalui sebelum sampai pada tahapan mencari kesuksesan.

Mengubah persepsi tentang bahagia, dijadikan stepping stone—suatu pijakan dasar menuju bahagia. Pemaknaan yang positif terhadap hal-hal yang mengiringi setiap langkah manusia. Menghargai dan mensyukuri anugerah yang diberikan Tuhan dalam hidup adalah yang utama. Bersyukur dengan anugerah kesehatan, kecerdasan, lingkungan yang suportif bahkan hal-hal sepele seperti berterima kasih kepada Tuhan atas secangkir kopi yang masih bisa dinikmati, keindahan pemandangan yang masih bisa dilihat, menjadi fondasi kokoh terwujudnya bahagia.

Jika tidak memiliki sense of gratitude, kebutuhan tidak akan pernah tercukupi, kekayaan tidak akan pernah dapat dinikmati.

Jika bahagia bukan tujuan utama, lantas apa tujuan hidup kita..?

Pertanyaan ini membawa kita pada langkah yang kedua. Berpikirlah untuk menciptakan legacy (warisan) bagi orang lain (generasi penerus).

Hidup kita bukanlah miliki kita sendiri, hidup kita seperti jejaring laba-laba universal tidak kasat mata. Gerakan sekecil apapun akan menggetarkan tatanan di bagian lain dari jejaring. Dengan berfikir bahwa dengan tingkah laku kita bisa menciptakan atau menyulut perubahan, otomatis diperlukan pertimbangan akan risiko jangka panjang pada saat merencanakan, mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan.

Tindakan serba instan, egosentrisme hanya akan memberikan keuntungan sesaat dan hanya menciptakan kebahagiaan semu. Pemikiran yang demikian, menciptakan koridor moral dan etika berperilaku.

Kita mesti sukses namun sukses yang bersama-sama dengan orang lain (prinsip win-win solution).

Menggapai kesuksesan adalah langkah berikutnya.

Label sukses merupakan apresiasi diri atau lingkungan terhadap hasil dari usaha yang dilakukan. Seringkali kita memberikan label sukses untuk perolehan hasil yang diinginkan . Namun, ketika hasil tidak berujung pada yang diinginkan kita melabelnya dengan kegagalan.

Agar bahagia, hasil dari usaha jangan dikotak-kotakkan. Tetapkan ia sebagai suatu range dari sukses namun dengan kadar yang berbeda. Jika ekspektasi tidak terpenuhi, tetap berikan apresiasi sukses namun dengan beberapa catatan untuk meningkatkan kriteria sukses berikutnya.

Selain mengasah kompetensi dan ketekunan, menjaga untuk tetap fokus pada persepsi kesuksesan akan membantu menyelesaikan kendala dan mendorong diri agar berusaha lebih maju.

Rubahlah segera statement negatif seperti “tidak ada pencapaian yang berarti dalam hidup” atau “hidup ini adalah sebuah kesia-siaan” sesegera mungkin untuk menghalau menetapnya perasaan ketidakbahagiaan.

Jadikan bahagia menu utama anda sehari-hari. Be Happy!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar